Ini adalah sebuah catatan kecil yang ditulis yang semoga
memberi sedikit manfaat.
April - Mei 2018
Beberapa
tahun belakangan saya berkesempatan dan mulai menunjukkan minat yang
cukup ‘terasa’ terhadap berbagai bentuk usaha dan gerakan baik bernilai bisnis
maupun sosial. Usaha rintisan yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar. Saya pikir itu sangat
menarik. Belajar dari orang-orang yang berani menukar terwujudnya mimpi dengan peluh
dan mau bersusah payah. Satu lagi, pandangan sebelah mata dari
orang lain.
Mulailah
saya ikut ambil bagian beberapa tahun lalu, sampai saat ini. Pikir saya sederhana: yah cari-cari
kebahagiaan dengan cara unik dan kumpul mengumpul modal pulang nanti sama buat
ngapus dosa-dosa pribadi dan orang-orang tercinta. (kayaknya itu mah gak
sederhana yah (hahaha)
Sama
seperti yang lain. peluh, susah, lambat, dan tersandung berkali-kali serta jauh
dari inspiratif, saya rasakan. Apa yang tersisa pun sekarang adalah,
Gak
tau. Wkwkk
(Tapi
Allah sang pencatat tak akan luput. Siapa tau ada nilai-nilai kebaikan yang
bisa menjadi modal. Aamiin. Semoga hehe)
Sebenarnya
saya sempat ragu secara pribadi untuk menuliskan catatan aktivitas yang saya
dan beberapa kawan lakukan selama ini. Mulanya karena memang malas dan sulit sekali
mencari waktu, dan yang paling mengganggu adalah khawatir nanti nilai-nilai
pahala yang sedang saya kumpulkan terhapus semua karena ada unsur riya dan
sombong. (mudah-mudahan tidak, untuk itulah bantu doakan ya semoga saya dan
kawan-kawan saya senantiasa ikhlas hanya mengharap pahala kebaikan dari-Nya)
Semakin
ke sini, ternyata semakin banyak kegiatan yang seolah-olah mengundang saya untuk
saya terlibat di berbagai bentuk gerakan-gerakan. Bisnis kecil-kecilan, usaha
rintisan, dan yang berbasis sosial.
Saya
tersadarkan, di tengah potensi sosial media dan kemampuan internet pada hari
ini, maka saya harus menjemput bola agar harapan saya terhadap berbagai
kegiatan saya semakin memberikan pahala kebaikan dan dirasakan manfaatnya.
Satu
yang saya lupa. Bahwa saat ini adalah era kolaborasi di mana berbagai gerakan
kebaikan saling dukung-mendukung.
Nah,
dengan semangat itulah saya mau menuliskan berbagai catatan kecil segala
kegiatan yang telah, sedang, dan akan berlalu pada kehidupan saya dan
orang-orang terkasih.
Jadi,
yang saya harapkan dari catatan di blog ini adalah
Ayo
kita berkolaborasi.
Baiklah,
Saya
mulai dengan perjalanan saya ke sebuah destinasi yang begitu indah namun sarat
akan masalah
Saya
sudah dua kali menginjakkan kaki di Bumi NTB. Satu untuk bersenang-senang, satu
lagi untuk sebuah ‘penderitaan’ (haha)
Bila
Kawan cari kata NTB atau Lombok maka berbagai keindahan yang memanjakan mata
akan kamu dapatkan. Untuk itu saya tidak ingin tampilkan foto-foto yang indah
seperti kebanyakan. Tapi beberapa foto yang mendukung kegiatan kami selama
‘menderita’ disana.
Perjalanan
kami sesungguhnya adalah upaya perwujudan program inisiasi pengabdian alumni
penerima beasiswa LPDP dan Program Beasiswa Adik Asuh Suryanara (nanti kami
akan cerita lebih jauh tentang program ini)
Tema besar kami adalah upaya mendukung kemajuan kualitas pendidikan di negeri ini.
Kami bergerak dan berkolaborasi dengan begitu banyak orang untuk bisa memberikan sedikit kebermanfaatan.
Pertanyaan pertama yang mungkin terlintas.
Hasil studi singkat kami, ada beberapa catatan informasi penting yang perlu diketahui
Sebenarnya kalau ada rejeki lebih kami akan mengunjungi
sebanyak-banyaknya daerah di Indonesia. Mohon doanya ya Kawan.
Hasil studi singkat kami, ada beberapa catatan informasi penting yang perlu diketahui,NTB dengan potensi besar Sumber Daya Alam (SDA) yang begitu besar dan menjanjikan di masa depan masih memiliki permasalah SDM yang belum tertangani dengan baik. Masalah tersebut diantaranya adalah masyarakat NTB yang belum memahami dengan benar pentingnya pendidikan bagi anak usia dini, baik formal maupun nonformal, serta mutu pendidikan kejuruan yang relatif sangat kurang. Tidak hanaya itu minat masyarakat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi masih sangat rendah serta masih tingginya angka buta huruf (Kompas.com, dikases 4 Mei 2018).
Kemudian, menurut Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat mencatat rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di provinsi itu tergolong rendah pada 2016 karena hanya 6,79 tahun atau setara kelas satu SMP. Rendahnya (Rata-rata Lama Sekolah) RLS penduduk NTB sebagai dampak dari relatif banyaknya penduduk usia 25 tahun ke atas yang putus sekolah dan tidak pernah bersekolah (Antara.com, diakses 4 Mei 2018).Mengingat permasalahan di atas maka provinsi NTB merupakah salah satu tujuan yang tepat untuk program beasiswa Adik Asuh Suryanara. Diharapkan gerakan ini menjadi salah satu motor untuk masyarakat NTB mengenal manfaat pendidikan bagi kehidupan dan mendukung upaya pemerintah NTB dalam peningkatan mutu Sumber Daya Manusia yang akan membangun provinsi NTB.
Ohya satu lagi,NTB juga tercatat salah satu penyumbang terbesar angka kematian Ibu dan bayi di Indonesia, selidik punya selidik selama ini penyebab kematian ibu sebagian besar terindikasi masalah medis, seperti pendarahan, terlalu sering melahirkan dan melahirkan terlalu muda atau terlalu tua. Dan yang perlu digaris bawahi adalah melahirkan terlalu muda dan sering.
Penyebab yang lebih mendasar adalah masih tingginya angka pernikahan dini. Menurut Riskesdas 2010, sebanyak 41,6 % perempuan di NTB menikah pertama kali di usia 15-19 tahun. (Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi NTB, diakses 5 Mei 2018).
Secara tidak langsung hal tersebut berkaitan dengan rendahnya mutu pendidikan di NTB.
(Bersambung...)
Hasil studi singkat kami, ada beberapa catatan informasi penting yang perlu diketahui,NTB dengan potensi besar Sumber Daya Alam (SDA) yang begitu besar dan menjanjikan di masa depan masih memiliki permasalah SDM yang belum tertangani dengan baik. Masalah tersebut diantaranya adalah masyarakat NTB yang belum memahami dengan benar pentingnya pendidikan bagi anak usia dini, baik formal maupun nonformal, serta mutu pendidikan kejuruan yang relatif sangat kurang. Tidak hanaya itu minat masyarakat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi masih sangat rendah serta masih tingginya angka buta huruf (Kompas.com, dikases 4 Mei 2018).
Kemudian, menurut Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat mencatat rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di provinsi itu tergolong rendah pada 2016 karena hanya 6,79 tahun atau setara kelas satu SMP. Rendahnya (Rata-rata Lama Sekolah) RLS penduduk NTB sebagai dampak dari relatif banyaknya penduduk usia 25 tahun ke atas yang putus sekolah dan tidak pernah bersekolah (Antara.com, diakses 4 Mei 2018).Mengingat permasalahan di atas maka provinsi NTB merupakah salah satu tujuan yang tepat untuk program beasiswa Adik Asuh Suryanara. Diharapkan gerakan ini menjadi salah satu motor untuk masyarakat NTB mengenal manfaat pendidikan bagi kehidupan dan mendukung upaya pemerintah NTB dalam peningkatan mutu Sumber Daya Manusia yang akan membangun provinsi NTB.
Ohya satu lagi,NTB juga tercatat salah satu penyumbang terbesar angka kematian Ibu dan bayi di Indonesia, selidik punya selidik selama ini penyebab kematian ibu sebagian besar terindikasi masalah medis, seperti pendarahan, terlalu sering melahirkan dan melahirkan terlalu muda atau terlalu tua. Dan yang perlu digaris bawahi adalah melahirkan terlalu muda dan sering.
Penyebab yang lebih mendasar adalah masih tingginya angka pernikahan dini. Menurut Riskesdas 2010, sebanyak 41,6 % perempuan di NTB menikah pertama kali di usia 15-19 tahun. (Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi NTB, diakses 5 Mei 2018).
Secara tidak langsung hal tersebut berkaitan dengan rendahnya mutu pendidikan di NTB.
(Bersambung...)
No comments:
Post a Comment