Monday, November 17, 2008

Lintang

Lintang


Semua yang pernah membaca atau menonton kisah Laskar Pelangi tentu mengenal dengan sangat akrab tokoh yang namanya saya tulis sebagai judul tulisan ini seperti seorang ayah yang mengenal anak kandungnya sendiri. Dan tulisan ini hendak menyampaikan sebuah motivasi besar yang penulisnya, Andrea Hirata, menguraikan melalui tentang tokoh ini. Aku ingin menuliskan kembali karena bagiku ada atau tidak sesungguhnya sosok lintang itu, yang pasti narasi andrea telah memberikan ruang tersendiri di benakku untuk lebih berani kembali mencintai ilmu dan menggapai mimpi.

Andrea menulis tentang sosok ini, “ Lintang adalah pribadi yang unik. Banyak orang merasa dirinya pintar lalu bersikap seenaknya, congkak, tidak disiplin, dan tidak punya integritas. Tapi Lintang sebaliknya. Ia tidak pernah tinggi hati, karena ia merasa ilmu demikian luas untuk disombongkan dan menggali ilmu tak ada habis-habisnya..

Meskipun rumahnya paling jauh tapi kalau datang ia paling pagi. Wajah manisnya senantiasa bersinar walaupun baju, calana, dan dan sandal cunghai-nya buruknya minta ampun. Namun sungguh kuasa Allah, didalam tempurung kepalanya yang ditumbuhi rambut gimbal awut-awutan itu tersimpan cairan otak yang encer sekali. Pada setiap rangkaian kata-kata yang ditulisnya secara acak-acakan tersirat kecermelangan pemikiran yang gilang-gemilang. Di balik tubuhnya yang tak terawat, kotor, miskin, serta berbau hangus, dia memiliki an absolutly beatiful mind. Ia adalah buah akal yang jernih, bibit genius asli, yang lahir disebuah tempat nun jauh di pinggir laut, dari keluarga yang tak satu pun bisa membaca”.

Lihat kawan bagaimana Andrea menilai sahabatnya ini. Andrea memberikan gambaran tokoh ini atas dasar motivasi besar yang dapat ia ambil dan yang ingin ia bagikan kepada kita. Sebuah keterbatasan yang jarang kita temui, tetapi menimbulkan kekaguman atas keunggulan yang sedemikian harum. Kemudian Andrea menulis kembali. “Lebih dari itu, seperti dulu kesan pertama yang kutangkap darinya, ia laksana bunga meriam yang melontarkan tepung sari, ia lucu, semarak, dan penuh vitalitas. Ia memperlihatkan bagaimana ilmu bisa menjadi begitu menarik dan ia menebarkan hawa positif sehingga kami ingin belajar keras dan berusaha menunjukkan yang terbaik.”

“Jika kami kesulitan, Ia mengajari kami dengan sabar dan selalu membesarkan hati kami. Keunggulannya tidak menimbulkan perasaan terancam bagi sekitarnya, kecermelangannya tidak menerbitkan iri dengki, dan kehebatannya tidak sedikitpun mengisyaratkan sifat-sifat angkuh. Kami bangga dan jatuh hati padanya sebagai seorang sahabat dan sebagai seorang murid yang cerdas luar biasa. Lintang miskin duafa adalah mutiara, gelana, kuarsa, dan topas yang paling berharga bagi kelas kami.”

Malam ini aku mendapatkan suatu pelajaran sikap. Sikap sebagai penuntut ilmu yang tulus dalam memaknai arti penggabungan antara kecerdasan dan kerendahan hati. Aku belajar dari seorang anak yang bersinar diantara rimbunan daun hutan masyarakatnya. Anak itu adalah lintang yang tak ku kenal. Salamku untukmu lintang


1 comment:

  1. assalamualaikum okky.
    bagus dc,, memaknai suatu hal dari segala yg terjadi dimuka bumi ini emang sudah dianjurkan. Semua yg terdapat di dunia adlah ayat-ayat Allah. hal itu hanya dpt dipahami bagi org2 yg berpikir.

    semoga kita semua termasuk hamba2Nya yg beruntung. Doaku untuk sahabatku... -ibnu nube-

    ReplyDelete