Matematikawan-fisikawan besar Prancis, Blaise Pascal (1623-1662) pernah berujar, “Le Coeur a
ses raisons que la raison ne peut pas expliquer”. Hati kita punya alasan tersendiri,
ketika alasan tidak mampu untuk menjelaskan.
Melalui biografi singkatnya, saya menyadari bahwa lahirnya ungkapan tersebut mungkin dikarenakan semenjak kecil memang Pascal sendiri
lebih asik dan percaya dengan eksperimen daripada penggunaan nalar semata. Lantas apa kaitannya dengan hati?
Mungkin penafsiran dan pendekatan yang saya lakukan terhadap ungkapan Pascal tersebut keliru menurut literasi teoretis maupun pembuktian ilmiah, tapi sangatlah efektif pemahaman tersebut bagi saya dan kelas saya. Melalui tulisan ini saya tidak hendak mengajak kawan semua untuk berfilosofi, namun kiranya ijinkan saya untuk berbagi pengalaman sederhana kepada kawan semua. Sungguh, pemahaman tersebut menjadi lebih nyata untuk saya sebagai guru, ketika saya melalui suatu peristiwa bersama murid saya dikelas. Disuatu waktu. Disuatu siang yang cukup menggelegak.
Di suatu jumat siang yang tak menyenangkan. Setelah shalat jumat dan hajat makan siang terpenuhi, rasa kantuk dan lemas menghampiri hampir sebagian besar guru dan murid atau siapa pun di sekolah ini. Dan mungkin hal itu pula yang terjadi di seluruh sekolah di dunia ini. Diperparah lagi dengan esok harinya yang termasuk hari weekend. Lengkap sudah. Setiap orang inginnya pulang! Dan kenyataan yang tak dapat ditolak adalah, salah satu jam pelajaran saya terletak di waktu ini! (Bersambung..)
No comments:
Post a Comment