Saturday, May 26, 2012

Pengarung purba itu telah merampas semua kelatihan kita (Bag.2-seleai)


                                  (Foto Oleh : Bya Nabila Aulia)

Teknik bertelur penyu yang kami tunggu dengan penuh kesabaran tersebut adalah teknik bertelur yang tak pernah di ajarkan dari generasi ke generasi. Semua berjalan begitu alamiah. Allah SWT yang telah membimbing penyu laut untuk meneruskan generasinya. Selama jutaan tahun, ritual bertelur itu terbukti ampuh melestarikan individu baru penyu. Menurut peneliti, garis keturunan penyu laut menjangkau waktu sejauh 200 juta tahun silam. Selama riwayat bumi kita, dengan meneliti fenomena-fenomena fosil, para ilmuan meyakini ada lima peristiwa kepunahan massal di muka bumi. Beberapa penyebabnya adalah, bisa berupa hantaman meteor raksasa ataupun perubahan iklim yang ekstrim. 

Pada masa Crestaceus, tercatat sekitar 65 juta tahun yang laut, kehancuran yang kelima telah menghapus 17 persen famili makhluk hidup yang ada. Tujuh spesies penyu laut yang kini menghiasi bumi adalah jenis reptil purba yang selamat. Sungguh sayang bagi kawanan dinosaurus, makhluk hidup segenerasi penyu itu musnah tanpa sisa. Dan hingga kini penyu hidup dan lestari sebagai pengarung purba. Menjelajah samudra. Melintasi zaman. 

Tak selang beberapa lama, Pak Zanawi bergegas memberitahu kami bahwa ada beberapa induk penyu yang sedang bertelur dan prosesnya sudah boleh diamati. Oh, betapa senang hati kami. Tanpa pikir panjang kami semua bersegera melintas rimbunan semak menuju pantai guna menyaksikan perkembangbiakan pengarung purba tersebut. 

Jika anda bersama kami berlutut disana menyaksikan proses menakjubkan tersebut, maka anda akan sepakat bahwa segala keletihan yang dirasa telah terbayar sudah. Tunai. Pengarung purba itu telah merampas semua keletihan kita. Belum pula usai kami mengamati satu induk penyu, kami kembali diajak Pak Zanawi untuk menyaksikan induk penyu yang lain. Meski dengan berkorban berjalan di bibir pantai yang gelap gulita. Akhirnya kami dibuat takjub oleh besarnya tubuh induk penyu itu. “Bisa mencapai satu kuintal beratnya” ujar Pak Zanawi. Jenis penyu yang kami amati saat itu adalah jenis penyu hijau (Chelonia mydas). Penyu Hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata) tercatat paling banyak berdiam dan berkembangbiak di perairan Nusantara. 

Jam telah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Saya kemudian mengajak dan menghimpun anak-anak agar segera kembali ke bus untuk pulang menuju penginapan. Kami pun berpamitan. Saya dan beberapa guru sebelumya telah membuat janji untuk kembali esok pagi guna membawa anak-anak melepas tukik (anak penyu) ke lepas pantai. 

Selama perjalanan menuju penginapan saya berpikir, betapa hebat pengarung purba tersebut dan betapa agungnya sang pencipta. Bersyukur sekali bahwa saya, teman-teman guru dan anak-anak bisa menjadi saksi proses perkembangbiakan salah satu makhluk purba yang tersisa di dunia ini. Betapa hebat pengalaman kita malam itu. Semoga dengan pengalaman tersebut menjadikan kita semakin bersyukur kepada Allah SWT. Bus yang kami tumpangi berjalan melambat membelah hutan. Dan ketika saya lihat ke belakang, anak-anak telah tertidur pulas. 
Semoga esok pagi kita bisa melepas tukik bersama-sama ya anak-anak!

No comments:

Post a Comment