Monday, August 11, 2008

Mencintai adalah Energi Kita

Mencintai adalah Energi kita

Oleh : Okky Fajar Trimaryana.

Pada awal kuliah hingga saat ini saya masih terus bertanya tentang energi yang seperti apakah yang nantinya membuat saya bertahan untuk menempuh studi fisika di fakultas matematika dan ilmu pengetahuan universitas padjadjaran. Hingga saya menemukannya didalam buku bengkel kreativitas Jordan E.Ayan. bahwa istilah energi juga menyangkut seberapa besar hasrat dalam melakukan sesuatu. Semakin kita mencintai sesuatu, energi yang dikeluarkan semakin besar dan kita akan menjadi semakin kreatif, dan ketika kita lesu tidak bersemangat, keseluruhan proses terasa seperti perjuangan berat dan kreativitas menurun tajam. Itulah jawaban yang saya dapatkan. Mencintai. Lebih tepatnya mencintai proses aktivitas kita.

Kemudian yang saya dapatkan lagi dari buku tersebut, yakni ketika kita “terepesona” atau seolah “mempertaruhkan diri” didalam suatu aktivitas, bersemangat dan riang, Energi terkumpul cukup untuk menyelesaikannya. Karena energi yang terpakai tertebus kembali oleh hasil dan umpan balik positif. Saya beruntung dapat mengetahui tentang tingginya energi ini sebagai unsur yang teramat penting dalam keberhasilan intelektual dan kreatifitas. Tentang hal ini, telah dilakukan riset oleh DR.Mihaly Csikszentmihalyi dari universitas Chicago. Dia menunjukkan bahwa orang-orang menjadi lebih sukses dalam mengerjakan tugas jika mampu mencapai suatu keadaan yang disebut flow atau mengalir ketika berada dalam keadaan mengalir tingkat energi menjadi tinggi dan ketajaman mental serta konsentrasi mengelola. Orang yang sedang mengalir jarang berhenti atau ragu, pikirannya jadi begitu tanggap tugas sehingga tindakannya hampir bersifat naluriah.

Dari sini saya menyimpulkan bahwa apapun yang sedang kita kerjakan jangka pendek atau panjang. Kita harus terus berupaya menumbuhkan rasa cinta kita terhadap apa yang sedang kita kerjakan. Langkah yang dapat kita tempuh adalah memfokuskan segenap perhatian kita untuk melaksanakan pekerjaan hingga diperoleh hasil yang terbaik. Analogi sederhana yang dapat saya berikan adalah seberkas sinar laser yang merupakan sumber energi lemah. Sinar ini hanya membutuhkan beberapa kilowatt energi dan bisa difokuskan menjadi sebuah pancaran cahaya yang koheren. Meski cahaya laser itu hanya seberkas, tetapi bisa digunakan untuk memotong baja atau mengobati kanker. Berbeda dengan matahari yang merupakan sumber energi sangat kuat tetapi sinarnya menyebar dan tidak koheren sehingga tidak dapat dimanfaatkan seperti layaknya sinar laser.

Kembali pada diri saya. Saya akan terus belajar mencintai fisika dengan segenap kemampuan saya untuk memfokuskan perhatian saya disana.dan terus berupaya untuk memberikan cinta ini kepada Dzat yang paling berhak dicintai. Sebab karena Dia-lah segala nikmat yang terbaik saya peroleh. Hal ini mengkin akan membuat saya mengalir dalam menjalani studi di fisika. Mungkin hal ini yang menjadi energi untuk menyokong saya kemarin, saat ini dan esok.semoga.

1 comment:

  1. bagus sekali postingnya, dengan mencintai energi yang kita miliki seolah selalu penuh untuk melakukan sesuatu tersebut

    ReplyDelete