Saturday, May 5, 2018

Melihat Lebih Jauh Indonesia


Ini adalah sebuah catatan kecil yang ditulis yang semoga memberi sedikit manfaat.


April - Mei 2018


Beberapa tahun belakangan saya berkesempatan dan mulai menunjukkan minat yang cukup ‘terasa’ terhadap berbagai bentuk usaha dan gerakan baik bernilai bisnis maupun sosial. Usaha rintisan yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar. Saya pikir itu sangat menarik. Belajar dari orang-orang yang berani menukar terwujudnya mimpi dengan peluh dan mau bersusah payah. Satu lagi, pandangan sebelah mata dari orang lain.



Mulailah saya ikut ambil bagian beberapa tahun lalu, sampai saat ini. Pikir saya sederhana: yah cari-cari kebahagiaan dengan cara unik dan kumpul mengumpul modal pulang nanti sama buat ngapus dosa-dosa pribadi dan orang-orang tercinta. (kayaknya itu mah gak sederhana yah (hahaha)

Sama seperti yang lain. peluh, susah, lambat, dan tersandung berkali-kali serta jauh dari inspiratif, saya rasakan. Apa yang tersisa pun sekarang adalah,

Gak tau. Wkwkk

(Tapi Allah sang pencatat tak akan luput. Siapa tau ada nilai-nilai kebaikan yang bisa menjadi modal. Aamiin. Semoga hehe)

Sebenarnya saya sempat ragu secara pribadi untuk menuliskan catatan aktivitas yang saya dan beberapa kawan lakukan selama ini. Mulanya karena memang malas dan sulit sekali mencari waktu, dan yang paling mengganggu adalah khawatir nanti nilai-nilai pahala yang sedang saya kumpulkan terhapus semua karena ada unsur riya dan sombong. (mudah-mudahan tidak, untuk itulah bantu doakan ya semoga saya dan kawan-kawan saya senantiasa ikhlas hanya mengharap pahala kebaikan dari-Nya)

Semakin ke sini, ternyata semakin banyak kegiatan yang seolah-olah mengundang saya untuk saya terlibat di berbagai bentuk gerakan-gerakan. Bisnis kecil-kecilan, usaha rintisan, dan yang berbasis sosial.

Saya tersadarkan, di tengah potensi sosial media dan kemampuan internet pada hari ini, maka saya harus menjemput bola agar harapan saya terhadap berbagai kegiatan saya semakin memberikan pahala kebaikan dan dirasakan manfaatnya.

Satu yang saya lupa. Bahwa saat ini adalah era kolaborasi di mana berbagai gerakan kebaikan saling dukung-mendukung.

Nah, dengan semangat itulah saya mau menuliskan berbagai catatan kecil segala kegiatan yang telah, sedang, dan akan berlalu pada kehidupan saya dan orang-orang terkasih.

Jadi, yang saya harapkan dari catatan di blog ini adalah

Ayo kita berkolaborasi.


Baiklah,

Saya mulai dengan perjalanan saya ke sebuah destinasi yang begitu indah namun sarat akan masalah

Provinsi Nusa Tenggara Barat



Saya sudah dua kali menginjakkan kaki di Bumi NTB. Satu untuk bersenang-senang, satu lagi untuk sebuah ‘penderitaan’ (haha)



Bila Kawan cari kata NTB atau Lombok maka berbagai keindahan yang memanjakan mata akan kamu dapatkan. Untuk itu saya tidak ingin tampilkan foto-foto yang indah seperti kebanyakan. Tapi beberapa foto yang mendukung kegiatan kami selama ‘menderita’ disana.

Perjalanan kami sesungguhnya adalah upaya perwujudan program inisiasi pengabdian alumni penerima beasiswa LPDP dan Program Beasiswa Adik Asuh Suryanara (nanti kami akan cerita lebih jauh tentang program ini)

Tema besar kami adalah upaya mendukung kemajuan kualitas pendidikan di negeri ini. 

Kami bergerak dan berkolaborasi dengan begitu banyak orang untuk bisa memberikan sedikit kebermanfaatan.

Pertanyaan pertama yang mungkin terlintas.

Kenapa kami memilih NTB?


Hasil studi singkat kami, ada beberapa catatan informasi penting yang perlu diketahui

Sebenarnya kalau ada rejeki lebih kami akan mengunjungi sebanyak-banyaknya daerah di Indonesia. Mohon doanya ya Kawan.

Hasil studi singkat kami, ada beberapa catatan informasi penting yang perlu diketahui,NTB dengan potensi besar Sumber Daya Alam (SDA) yang begitu besar dan menjanjikan di masa depan masih memiliki permasalah SDM yang belum tertangani dengan baik. Masalah tersebut diantaranya adalah masyarakat NTB yang belum memahami dengan benar pentingnya pendidikan bagi anak usia dini, baik formal maupun nonformal, serta mutu pendidikan kejuruan yang relatif sangat kurang. Tidak hanaya itu minat masyarakat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi masih sangat rendah serta masih tingginya angka buta huruf (Kompas.com, dikases 4 Mei 2018). 

Kemudian, menurut Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat mencatat rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di provinsi itu tergolong rendah pada 2016 karena hanya 6,79 tahun atau setara kelas satu SMP. Rendahnya (Rata-rata Lama Sekolah) RLS penduduk NTB sebagai dampak dari relatif banyaknya penduduk usia 25 tahun ke atas yang putus sekolah dan tidak pernah bersekolah (Antara.com, diakses 4 Mei 2018).Mengingat permasalahan di atas maka provinsi NTB merupakah salah satu tujuan yang tepat untuk program beasiswa Adik Asuh Suryanara. Diharapkan gerakan ini menjadi salah satu motor untuk masyarakat NTB mengenal manfaat pendidikan bagi kehidupan dan mendukung upaya pemerintah NTB dalam peningkatan mutu Sumber Daya Manusia yang akan membangun provinsi NTB.



Ohya satu lagi,NTB juga tercatat salah satu penyumbang terbesar angka kematian Ibu dan bayi di Indonesia, selidik punya selidik  selama ini penyebab kematian ibu sebagian besar terindikasi masalah medis, seperti pendarahan, terlalu sering melahirkan dan melahirkan terlalu muda atau terlalu tua. Dan yang perlu digaris bawahi adalah melahirkan terlalu muda dan sering.

Penyebab yang lebih mendasar adalah masih tingginya angka pernikahan dini. Menurut Riskesdas 2010, sebanyak 41,6 % perempuan di NTB menikah pertama kali di usia 15-19 tahun. (Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi NTB, diakses 5 Mei 2018).




Secara tidak langsung hal tersebut berkaitan dengan rendahnya mutu pendidikan di NTB.

(Bersambung...)





No comments:

Post a Comment