“Apa yang akan kaupinta, anakku? Bicaralah. Selagi aku bisa memenuhinya,insya Allah engkau akan mendapatkannya.''
“Bu, semakin hari, aku semakin tersiksa oleh rasa rindu yang amat dalam kepada Muhammad. Sudah lama aku mendengar tentang beliau, tentang akhlaknya, tentang ajaran-ajarannya. Tetapi sampai hari ini aku belum pernah bertemu dengannya. Bu, bolehkah aku pergi ke Mekkah agar bisa betemu dengan beliau walau sebentar saja.''
“Uwais anakku. Kaulah satu-satunya karunia Allah buat ibumu. Karena Dia telah menjadikanmu sebagai anak berbakti. Kaulah yang senantiasa membantu segala yang kuperlukan. Namun, jika engkau sangat ingin menemuinya, tidak mengapa. Pergilah,sampaikan salam ibu kepadanya.”
“Oh, terimakasih, Bu.Tentu ,tentu salam ibu akan saya sampaikan.”
“Tetapi, satu pesan ibu,” kata sang ibu.
“ Apa yang akan ibu sampaikan? Katakanlah,Bu,” ujar Uwais.
“Nanti, setelah engkau bertemu Muhammad, segeralah pulang.Jangan lama-lama disana. siapa nanti yang akan membantu ibu selain engkau.”
“Tentu, tentu, Bu. Insya Allah, saya akan segera pulang,” Janji Uwais Al-Qarni.
Maka berangkatlah Uwais Al-Qarni, dengan membawa bekal secukupnya. Perjalanan dari Yaman ke Mekkah memakan waktu yang amat lama, karena jaraknya ratusan kilometer. Uwais menempuhnya dengan jalan kaki. Setelah melakukan perjalanan selama berhari-hari, akhirnya ia sampailah ia ke Mekkah. Dengan pertolongan Allah, Dalam perjalanannya Uwais tak menjumpai badai atau pun para penyamun padang pasir yang biasanya menghadang para pedagang.
Sampai di Mekkah, Uwais langsung mendatangi rumah Rasulullah. Namun sayang, Uwais tidak menjumpai siapun kecuali putri beliau, Fatimah.
“Maaf”, kata Fatimah.”Kalau boleh tahu anda ini siapa? darimana asal anda?”
“saya Uwais Al-Qarni. Saya datang dari Yaman ingin bertemu Muhammad Rasulullah.”Kata Uwais.
Fatimah terkejut sekali. Betapa kuat pemuda ini, betapa cinta pemuda ini kepada Ayahnya. Dari Yaman ke Mekkah dengan jalan kaki hanya untuk menemui Rasulullah. Ah,andaikan Rasulullah ada, pasti dia senang sekali. Namun sayang beliau sedang pergi. Begitu kata fatimah dalam hati.
Fatimah kemudian menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Uwais Kaget, wajahnya tampak sekali. "Bagaimana? Sebaiknya engkau menunggu sebentar. Sepertinya tak lama lagi ayahanda akan pulang,” bujuk Fatimah.
“O,tidak, tidak,” jawab Uwais. “Saya telah berjanji kepada ibu saya untuk tidak berlama-lama di Mekkah. Saya harus segera pulang. Ibu saya sudah tua, badannya lemah. Nanti kalau saya sudah pulang, siapa yang akan membantunya?”
“Tetapi kamu kan belum bertemu Rasulullah. Sedangkan perjalanan dari Yaman ke Mekkah jauh sekali. Sia-sia sekali jika kamu pulang begitu cepat,” kata Fatimah.
“TiFatimah tetap tidak dapat mencegah Uwais pulang. Padahal, tidak lama kemudian, Rasulullah datang diikuti Umar Bin Khattab dan Ali Bin Abi Thalib. Tidak disangka-sangka, rasulullah bertanya, “Wahai Fatimah? apakah tadi ada seorang pemuda dari Yaman yang ingin bertemu denganku?”
“Benar, Wahai Ayahanda?”jawab Fatimah.”Darimana ayah tahu?”
“BaFatimah terkejut. Begitu juga Umar dan Ali.
“Siapakah dia sebenarnya, Rasulullah? Kenapa ia begitu istimewa?” tanya Umar.
“Dia Uwais Al-Qarni. Kenapa ia begitu istimewa? Karena ia bukan manusia bumi, melainkan manusia langit,” jawab Rasulullah singkat.
Sejak peristiwa itu, Umar dan Ali tidak bertemu dengan Uwais Al-Qarni. Ia juga tak tahu pasti, kenapa sampai dijuluki manusia langit. Karena, Rasulullah tidak memberitahu dengan jelas. Pada masa khalifah Abu Bakar, Umar Bin Khattab dan Ali Bin Abi Thalib ra. baru bertemu dengannya dalam area perdagangan di Syam. Keduanya langsung minta didoakan. Akhirnya, Umar dan Ali Tahu mengapa Uwais diberi gelar sebagai penduduk langit. Sebuah julukan yang begitu mulia, julukan yang menyamai para malaikat Allah. Ia begitu cinta Rasulullah dan sangat berbakti kepada ibunya.
(diambil dari buku kisah sahabat Nabi dengan edit seperlunya. Dan diketik oleh dua bidadari kecil, Adikku Inne dan Hanifah semoga Allah menjadikan kalian berdua muslimah yang diridhoi-Nya)
“Bu, semakin hari, aku semakin tersiksa oleh rasa rindu yang amat dalam kepada Muhammad. Sudah lama aku mendengar tentang beliau, tentang akhlaknya, tentang ajaran-ajarannya. Tetapi sampai hari ini aku belum pernah bertemu dengannya. Bu, bolehkah aku pergi ke Mekkah agar bisa betemu dengan beliau walau sebentar saja.''
“Uwais anakku. Kaulah satu-satunya karunia Allah buat ibumu. Karena Dia telah menjadikanmu sebagai anak berbakti. Kaulah yang senantiasa membantu segala yang kuperlukan. Namun, jika engkau sangat ingin menemuinya, tidak mengapa. Pergilah,sampaikan salam ibu kepadanya.”
“Oh, terimakasih, Bu.Tentu ,tentu salam ibu akan saya sampaikan.”
“Tetapi, satu pesan ibu,” kata sang ibu.
“ Apa yang akan ibu sampaikan? Katakanlah,Bu,” ujar Uwais.
“Nanti, setelah engkau bertemu Muhammad, segeralah pulang.Jangan lama-lama disana. siapa nanti yang akan membantu ibu selain engkau.”
“Tentu, tentu, Bu. Insya Allah, saya akan segera pulang,” Janji Uwais Al-Qarni.
Maka berangkatlah Uwais Al-Qarni, dengan membawa bekal secukupnya. Perjalanan dari Yaman ke Mekkah memakan waktu yang amat lama, karena jaraknya ratusan kilometer. Uwais menempuhnya dengan jalan kaki. Setelah melakukan perjalanan selama berhari-hari, akhirnya ia sampailah ia ke Mekkah. Dengan pertolongan Allah, Dalam perjalanannya Uwais tak menjumpai badai atau pun para penyamun padang pasir yang biasanya menghadang para pedagang.
Sampai di Mekkah, Uwais langsung mendatangi rumah Rasulullah. Namun sayang, Uwais tidak menjumpai siapun kecuali putri beliau, Fatimah.
“Maaf”, kata Fatimah.”Kalau boleh tahu anda ini siapa? darimana asal anda?”
“saya Uwais Al-Qarni. Saya datang dari Yaman ingin bertemu Muhammad Rasulullah.”Kata Uwais.
Fatimah terkejut sekali. Betapa kuat pemuda ini, betapa cinta pemuda ini kepada Ayahnya. Dari Yaman ke Mekkah dengan jalan kaki hanya untuk menemui Rasulullah. Ah,andaikan Rasulullah ada, pasti dia senang sekali. Namun sayang beliau sedang pergi. Begitu kata fatimah dalam hati.
Fatimah kemudian menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Uwais Kaget, wajahnya tampak sekali. "Bagaimana? Sebaiknya engkau menunggu sebentar. Sepertinya tak lama lagi ayahanda akan pulang,” bujuk Fatimah.
“O,tidak, tidak,” jawab Uwais. “Saya telah berjanji kepada ibu saya untuk tidak berlama-lama di Mekkah. Saya harus segera pulang. Ibu saya sudah tua, badannya lemah. Nanti kalau saya sudah pulang, siapa yang akan membantunya?”
“Tetapi kamu kan belum bertemu Rasulullah. Sedangkan perjalanan dari Yaman ke Mekkah jauh sekali. Sia-sia sekali jika kamu pulang begitu cepat,” kata Fatimah.
“TiFatimah tetap tidak dapat mencegah Uwais pulang. Padahal, tidak lama kemudian, Rasulullah datang diikuti Umar Bin Khattab dan Ali Bin Abi Thalib. Tidak disangka-sangka, rasulullah bertanya, “Wahai Fatimah? apakah tadi ada seorang pemuda dari Yaman yang ingin bertemu denganku?”
“Benar, Wahai Ayahanda?”jawab Fatimah.”Darimana ayah tahu?”
“BaFatimah terkejut. Begitu juga Umar dan Ali.
“Siapakah dia sebenarnya, Rasulullah? Kenapa ia begitu istimewa?” tanya Umar.
“Dia Uwais Al-Qarni. Kenapa ia begitu istimewa? Karena ia bukan manusia bumi, melainkan manusia langit,” jawab Rasulullah singkat.
Sejak peristiwa itu, Umar dan Ali tidak bertemu dengan Uwais Al-Qarni. Ia juga tak tahu pasti, kenapa sampai dijuluki manusia langit. Karena, Rasulullah tidak memberitahu dengan jelas. Pada masa khalifah Abu Bakar, Umar Bin Khattab dan Ali Bin Abi Thalib ra. baru bertemu dengannya dalam area perdagangan di Syam. Keduanya langsung minta didoakan. Akhirnya, Umar dan Ali Tahu mengapa Uwais diberi gelar sebagai penduduk langit. Sebuah julukan yang begitu mulia, julukan yang menyamai para malaikat Allah. Ia begitu cinta Rasulullah dan sangat berbakti kepada ibunya.
(diambil dari buku kisah sahabat Nabi dengan edit seperlunya. Dan diketik oleh dua bidadari kecil, Adikku Inne dan Hanifah semoga Allah menjadikan kalian berdua muslimah yang diridhoi-Nya)
salah satu 'manuver' di hari libur yang menyejukkan :), menjadi manusia langit tak mesti melangit secara kasat mata, alam berbahasa langit untuk yang uwais dengan segala kerendah-hatiannya (sambil berdoa semoga senantiasa diingatkan untuk kisah ini ketika hidup melengahkan kita)
ReplyDeletenuhun Pak Okky dan 2 adik tercinta-nya ^_^
Nice stories, emang berbakti kepada orangtua, terlebih ibu, ga pernah buat kita merugi, salam buat 2 bidadari kecilnya ya ky... :)
ReplyDeletehai om... dirimu pernah menceritakannya di salah satu momen kultum kan??? keren niiih... thanks for sharing ya...
ReplyDelete